profil skb


PROFIL




Pada tahun 1981 pemerintah Indonesia menghadapi masalah kemiskinan dan buta aksara. Penduduk miskin melebihi 15% dari jumlah penduduk Indonesia (sumber: Badan Pusat Statistik) dan penduduk buta aksara mencapai angka 31% (sumber: paparan LPM UNY, 2011). Kondisi tersebut menjadi hambatan utama dalam pembangunan di segala bidang.
Angka statistik tersebut mendorong Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga (Ditjen Diklusepora), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membangun Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebagai Unit Pelaksana Teknis Ditjen Diklusepora di setiap kabupaten/kota. Tujuan pendirian SKB di setiap kabupaten/kota adalah untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengembangan pembelajaran program pendidikan luar sekolah serta pemuda dan olahraga dalam bentuk program pemberantasan buta aksara. Karena SKB saat itu cukup berhasil dalam membantu program-program Diklusepora termasuk pemberantasan buta aksara, di beberapa kabupaten/kota dikembangkan lebih dari satu SKB.
Seiring dengan perubahan sistem pemerintahan di Indonesia dari pemerintahan sentralistis ke pemerintahan otonomi daerah, keberadaan SKB yang sebelumnya adalah tanggung jawab pemerintah pusat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Dengan perubahan itu, status SKB adalah sebagai unit pelaksana teknis (UPT) di bawah dinas pendidikan kabupaten/kota yang bertugas melaksanakan program percontohan dan tugas tambahan yang spesifik sesuai dengan kebutuhan daerah. Kondisi SKB setelah diserahkan kepada daerah masih belum menunjukkan prestasi yang menggembirakan. Hal ini disebabkan beberapa hal, yaitu (1) status SKB masih sebagai UPT belum sebagai satuan pendidikan nonformal sehingga sulit berkembang dan sulit memperoleh dukungan, (2) tugas dan fungsi SKB bersinggungan bahkan sebagian besar sama dengan kepala bidang, kepala seksi, dan penilik di jajaran dinas pendidikan kabupaten/kota, (3) banyak SKB yang tidak mampu menunjukkan fungsi sebagai pembuat percontohan, tetapi hanya mampu melaksanakan program pendidikan nonformal, dan (4) dukungan pendidik dan tenaga kependidikan, pendanaan, dan sarana prasarana sangat rendah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat (10) menyatakan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dalam Pasal 52 ayat (1) dinyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan nonformal dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Berdasarkan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tersebut, SKB perlu diubah fungsinya menjadi satuan pendidikan agar menjadi kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas). Beberapa keuntungan SKB menjadi satuan pendidikan sesuai dengan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003, di antaranya adalah sebagai berikut :
  1. 1Berdasarkan Bab XI Pasal 41 ayat (3), pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.
  2. Berdasarkan Pasal 89 ayat (2), dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  3. Berdasarkan Pasal 60 ayat (1), akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; dan berdasarkan Pasal 60 ayat (2), akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Dengan demikian, apabila SKB menjadi satuan pendidikan nonformal sejenis, pemerintah atau pemerintah daerah wajib memberikan pemenuhan jumlah pamong belajar dan tenaga fungsional umum yang cukup, anggaran yang memadai, sarana dan prasarana, serta pembinaan untuk mencapai standar nasional pendidikan (terakreditasi).


  1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
  2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan;
  4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
  5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal;
  6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah;
  7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan;
  8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal;
  9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini;
  10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
  11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Alih Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar menjadi Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis.
  12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2016 tentang Alih Fungsi Sanggar Kegiatan Belajar menjadi Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 330);


Tujuan diterbitkannya petunjuk teknis struktur organisasi dan tata kerja SKB adalah sebagai acuan dasar dalam perubahan dan penataan SKB sebagai satuan pendidikan agar SKB dapat:
  1. menata struktur organisasi internal semakin solid dan sesuai dengan dinamika kebutuhan di masyarakat;
  2. menyelenggarakan dan melayani masyarakat di bidang PAUD dan pendidikan nonformal agar semakin berkualitas sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta kebutuhan masyarakat;
  3. melakukan koordinasi internal dan eksternal dalam rangka peningkatan layanan program PAUD dan Dikmas;
  4. menyiapkan sumber daya manusia dan dokumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai satuan pendidikan; dan
  5. menyusun rencana kerja yang tepat dan terukur di SKB sebagai satuan pendidikan.


Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis. Artinya, SKB merupakan kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan nonformal. Dengan status sebagai kelompok layanan, SKB memiliki hak dan kewenangan untuk:
  1. mengubah organisasi SKB sesuai dengan kebutuhan sebagai satuan pendidikan, di antaranya kepala SKB adalah pejabat fungsional nonstructural dan pamong belajar adalah pejabat fungsional bertugas membentuk dan melaksanakan pembelajaran (guru nonformal);
  2. menyelenggarakan program pendidikan luar sekolah (PAUD dan Dikmas) yakni pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik;
  3. memperoleh fasilitasi sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, serta anggaran operasional yang memadai; dan
  4. memperoleh pembinaan hingga dapat mencapai standar nasional pendidikan dan terakreditasi.


SKB adalah satuan pendidikan nonformal sejenis di bawah dinas pendidikan kabupaten/kota. SKB secara teknis administratif bertanggung jawab kepada kepala dinas pendidikan di kabupaten kota, dan secara teknis edukatif dibina oleh kepala bidang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan program PAUD dan Dikmas di dinas pendidikan kabupaten/kota. Secara nasional SKB dibina oleh Ditjen PAUD dan Dikmas, sedangkan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di SKB dibina oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan.


SKB dapat diakui sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis apabila minimal memenuhi ketentuan sebagai berikut:
  1. ditetapkan dengan SK bupati /wali kota atau peraturan daerah;
  2. memiliki struktur organisasi SKB yang relevan sebagai satuan pendidikan;
  3. memiliki tugas dan fungsi minimal terdiri atas fungsi pembelajaran, pembinaan, dan pengabdian;
  4. mempunyai Nomor Pokok Satuan Pendidikan (NPSN), Kemdikbud RI melalui dinas pendidikan kabupaten/kota setempat sebagai satuan pendidikan nonformal;
  5. peserta didik SKB memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), Kemdikbud RI melalui dinas pendidikan kabupaten/kota setempat sebagai peserta didik di satuan pendidikan nonformal;
  6. memiliki pamong belajar, sarana dan prasarana, serta anggaran rutin; dan
  7. menyelenggarakan program PAUD dan Dikmas serta memiliki desa binaan.
SKB yang telah memenuhi persyaratan minimal tersebut akan mendapat dukungan dari Ditjen PAUD dan Dikmas berupa fasilitasi, pendanaan program, dan pembinaan oleh UPT PAUD dan Dikmas untuk mencapai standar nasional pendidikan (SNP) agar memperoleh status terakreditasi.


Tugas SKB :
SKB sebagai satuan pendidikan sejenis memiliki tugas untuk menyelenggarakan program, memberikan bantuan teknis, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang PAUD dan Dikmas.
Fungsi SKB :
Dalam melaksanakan tugasnya, SKB memiliki fungsi sebagai:
  1. pembentuk rombongan belajar program PAUD dan Dikmas;
  2. penyelenggara pembelajaran program PAUD dan Dikmas;
  3. pembimbing program PAUD dan Dikmas di masyarakat;
  4. pengembang kurikulum, bahan ajar, dan media belajar muatan lokal;
  5. penyelenggara evaluasi pembelajaran program PAUD dan Dikmas;
  6. penyelenggara program percontohan program PAUD dan Dikmas;
  7. penyelenggara desa binaan PAUD dan Dikmas;
  8. pelaksana pengabdian masyarakat yang terkait dengan program PAUD dan Dikmas;
  9. pelaksana hubungan kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat; dan
  10. pelaksana administrasi Sanggar Kegiatan

Rincian Tugas dan Fungsi SKB

  1. Tugas Layanan Pembelajaran Program PAUD dan Dikmas
  2. Tugas Pembinaan
  3. Tugas Pengabdian Masyarakat
  4. Tugas Manajemen SKB


Struktur organisasi SKB sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis adalah sebagai berikut
Kepala SKB
Kepala SKB adalah pamong belajar SKB yang diberi tugas tambahan sebagai kepala. Kepala SKB bertanggung jawab kepada kepala dinas pendidikan kabupaten/kota. Dalam melaksanakan kegiatan, kepala SKB dikoordinasi oleh kepala bidang yang membidangi PAUD dan Dikmas di dinas pendidikan kabupaten/kota. Kepala SKB mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikan nonformal di lingkungan SKB. Perincian tugas Kepala SKB adalah sebagai berikut:
  1. merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan visi SKB;
  2. merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan misi SKB;
  3. merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan tujuan SKB;
  4. menyusun rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang seharusnya dicapai dalam rangka mendukung peningkatan mutu lulusan SKB;
  5. menyusun rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam rencana kegiatan dan anggaran SKB berdasarkan rencana kerja jangka menengah;
  6. menyusun rencana program SKB;
  7. menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan SKB per semester dan tahunan;
  8. melaksanakan pengembangan organisasi SKB sesuai dengan kebutuhan;
  9. melaksanakan pengelolaan perubahan dan pengembangan SKB menuju organisasi pembelajar yang efektif;
  10. melaksanakan pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan SKB dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal;
  11. melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana SKB dalam rangka pendayagunaan secara optimal;
  12. melaksanakan pengelolaan peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru serta penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik;
  13. melaksanakan pengelolaan pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional;
  14. melaksanakan program percontohan program PAUD dan Dikmas;
  15. melaksanakan pembimbingan program PAUD dan Dikmas di masyarakat;
  16. melaksanakan program desa binaan PAUD dan Dikmas;
  17. melaksanakan pengabdian masyarakat yang terkait dengan program PAUD dan Dikmas;
  18. melaksanakan pengelolaan keuangan SKB sesuai dengan aturan yang berlaku dan prinsif pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien;
  19. melaksanakan pengelolaan ketatausahaan SKB;
  20. melaksanakan pengelolaan sistem informasi SKB dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen SKB;
  21. melaksanakan pemonitoran (monitoring), evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan SKB;
  22. melaksanakan hubungan kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan dewan pendidikan;
  23. melaksanakan sistem pengendalian internal; dan
  24. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas.
Kepala Urusan Tata Usaha
Urusan tata usaha dipimpin oleh kepala urusan yang diberi jabatan eselon IVb. Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kurikulum, peserta didik, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan masyarakat, persuratan, dan pengarsipan. Perincian tugas Kepala Urusan Tata Usaha SKB adalah sebagai berikut:
  1. melakukan penyiapan bahan penyusunan program kerja SKB;
  2. melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran SKB;
  3. melakukan urusan pembukuan, verifikasi, penghitungan anggaran, dan pertanggungjawaban anggaran SKB;
  4. melakukan urusan kepegawaian dan pengembangan pegawai di lingkungan SKB;
  5. melakukan urusan pembayaran belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan pembayaran lainnya;
  6. melakukan pengelolaan data dan informasi pegawai di lingkungan SKB;
  7. melakukan fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan;
  8. melakukan kerja sama di bidang pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan;
  9. melakukan urusan pengelolaan persuratan, perpustakaan, dan kearsipan di lingkungan SKB;
  10. melakukan urusan publikasi dan dokumentasi di lingkungan SKB;
  11. melakukan penyusunan rencana kebutuhan, pengadaan, penerimaan, inventarisasi, penyimpanan, penghapusan, dan pendistribusian barang milik negara di lingkungan SKB;
  12. melakukan urusan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan di lingkungan SKB;
  13. melakukan pengaturan penggunaan sarana dan prasarana di lingkungan SKB;
  14. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen urusan tata usaha;
  15. melakukan penyusunan laporan urusan tata usaha dan konsep laporan SKB;
  16. melaksanakan hubungan kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat;
  17. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan; dan
  18. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala SKB.
Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional SKB adalah pejabat fungsional pamong belajar. Pejabat fungsional adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diangkat dalam jabatan fungsional SKB. Ruang lingkup tugas Pamong Belajar SKB di antaranya adalah:
  1. melakukan sosialisasi dan inisiasi terbentuknya program-program PAUD dan Dikmas;
  2. melaksanakan pembelajaran program PAUD dan Dikmas;
  3. melaksanakan administrasi pembelajaran;
  4. melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran program PAUD dan Dikmas;
  5. melaksanakan evaluasi pembelajaran;
  6. melaksanakan bimbingan teknis program dan satuan PAUD dan Dikmas;
  7. melaksanakan pengabdian kepada masyarakat; dan
  8. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala SKB.
Dewan Penyantun
Dalam upaya untuk memudahkan akses dan dukungan, setiap SKB wajib memiliki dewan penyantun. Fungsi dewan penyantun ini adalah sebagai partner SKB dalam merancang, melaksanakan, dan tindak lanjut. Dewan penyantun ditetapkan berdasarkan SK bupati/wali kota dan atas usulan kepala dinas pendidikan kabupaten/kota. Kriteria dewan penyantun ini adalah (1) memiliki ketua organisasi yang mempunyai tugas relevan dengan tugas SKB, (2) memiliki kemampuan dan kemauan dalam memberikan dukungan kepada SKB, (3) tidak bersifat partisan, dan (4) berjumlah minimal tiga orang. Beberapa unsur yang dapat menjadi dewan penyantun di antaranya Ketua Himpaudi/IGTK (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia/Ikatan Guru Taman Kanak-kanak), Ketua Dewan Pendidikan, Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda), Ketua Himpunan Penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia (HIPKI), Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin), dan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Fungsi dewan penyantun SKB adalah sebagai berikut:
  1. membantu mencari peluang-peluang bagi program di SKB;
  2. memberikan dukungan akses dan jejaring bagi program SKB;
  3. membantu SKB dalam upaya memperoleh dukungan pendanaan, sarana prasarana, dan tenaga pendidik;
  4. memberikan saran, arahan, dan pembinaan untuk melaksanakan tugas dan fungsi SKB sekaligus meningkatkan peran SKB;
  5. memberikan pendampingan bagi SKB dalam melaksanakan tugas; dan
  6. memberikan solusi apabila SKB menghadapi permasalahan dalam melaksanakan tugas.
PENDIDIK
Pendidik utama di SKB adalah pamong belajar yang memiliki tugas pembentukan rombongan belajar, pembelajaran, pembimbingan, dan pengabdian. Pamong belajar adalah PNS yang diangkat dalam jabatan fungsional tertentu. Apabila SKB membutuhkan tenaga pendidik spesifik yang tidak dimiliki oleh pamong belajar SKB, Kepala SKB dapat memanfaatkan tenaga masyarakat yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Keberadaan tenaga tersebut bersifat kontrak bukan PNS, bukan tenaga tetap SKB, dan bersifat pengabdian. Tenaga tersebut direkrut untuk menjadi pendidik dan pengelola di program-program SKB yang diselenggarakan di kampus dan atau di masyarakat. Sumber anggaran pendidik dan tenaga kependidikan tersebut dapat diambil dari dukungan masyarakat, pihak ketiga atau dukungan pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Jenis-jenis tenaga pendidik tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. pengasuh PAUD bagi yang mengasuh dan mendidik di kelompok bermain, taman penitipan anak, dan PAUD sejenis;
  2. instruktur kursus dan pelatihan bagi yang melakukan pendidikan dan pelatihan pada program kursus, pelatihan, dan kewirausahaan; dan
  3. tutor keaksaraan dan kesetaraan bagi yang melakukan pembelajaran di rombongan belajar keaksaraan dan kesetaraan.
Selain tenaga tersebut, SKB dapat menerima tenaga pengabdian dari dinas instansi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan spesifik yang dibutuhkan oleh SKB.


Sarana dan prasarana SKB wajib dipenuhi oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Sesuai dengan kebutuhan SKB, sarana dan prasarana minimal yang wajib terpenuhi adalah sebagai berikut:
  1. tanah yang sah dimiliki oleh pemerintah daerah minimal 5.000 m2;
  2. perkantoran SKB yang mampu menampung kepala, wakil kepala, urusan tata usaha dengan staf sekurang-kurangnya 7 orang, tenaga fungsional SKB sebanyak 20 orang, ruang tamu, MCK, dan ruang teknologi informasi. Ukuran minimal ruang kantor SKB kurang lebih 500 m2;
  3. ruang kelas minimal berjumlah lima dengan ukuran 6x6 m2 untuk pembelajaran program PAUD dan Dikmas, lengkap dengan perangkat mebel dan sarana pembelajaran;
  4. ruang praktik lengkap berjumlah minimal tiga dengan alatnya; di antaranya kursus otomotif, komputer, menjahit, tata kecantikan, dan elektronika;
  5. ruang perpustakaan;
  6. alat transportasi; dan
  7. sambungan internet dan listrik.


SKB dalam melaksanakan operasional dan pembiayaan program yang diselenggarakan wajib didanai oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 89 ayat (2) bahwa dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jenis sumber anggaran SKB di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD);
  2. Anggaran Pendapatan Belajar Negara (APBN);
  3. bantuan pihak lain yang tidak mengikat; dan
  4. dukungan masyarakat yang membutuhkan layanan pendidikan di SKB.


Sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003, program pendidikan nonformal mencakup pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Program-program utama yang wajib diselenggarakan oleh SKB adalah :
  1. program pemberantasan buta aksara/program keaksaraan;
  2. program kesetaraan yang meliputi Paket A Setara, Paket B Setara dan Paket C Setara;
  3. program kursus dan pelatihan kerja dengan berbagai macam kursus keterampilan, baik terstruktur (sesuai dengan KKNI) maupun tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan daerah berdasarkan muatan lokal dan masyarakat setempat;
  4. program kewirausahaan untuk memberikan kemampuan usaha mandiri masyarakat;
  5. program pendidikan anak usia dini, seperti kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan PAUD sejenis;
  6. program pembinaan keluarga/pendidikan keorangtuaan;
  7. pembentukan taman bacaan masyarakat; dan
  8. program pendidikan kewanitaan.
Dalam melaksanakan program tersebut, SKB wajib memenuhi delapan standar nasional pendidikan dan terakreditasi sehingga dapat menjadi program percontohan. Selain itu, SKB juga diharapkan menyelenggarakan program pendukung, di antaranya:
  1. program pengarusutamaan gender pendidikan;
  2. program pendidikan berkelanjutan;
  3. program pengembangan berbagai perangkat pembelajaran di antaranya kurikulum muatan lokal, bahan ajar, dan media muatan lokal;
  4. data dan informasi tentang program PAUD dan Dikmas;
  5. desa binaan SKB; dan
  6. program-program lain yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.


Secara kelembagaan, indikator keberhasilan SKB sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis adalah:
  1. dimilikinya nomor pokok satuan pendidikan (NPSN) di Dapodik Kemendikbud;
  2. dibentuknya struktur organisasi sesuai dengan petunjuk teknis dan berjalan dengan baik;
  3. terpenuhinya kelengkapan kelembagaan;
  4. terbentuknya dewan penyantun dan telah melaksanakan tugas;
  5. terakreditasi oleh BAN PAUD Dikmas;
  6. tertatanya pengaturan sarana dan prasarana; dan
  7. berjalannya koordinasi dan pelaporan SKB ke dinas pendidikan dan Ditjen PAUD dan Dikmas.


Berdasarkan pelaksanaan program, indikator keberhasilan SKB sebagai satuan pendidikan nonformal sejenis adalah sebagai berikut :
  1. Semakin banyak program PAUD dan Dikmas diselenggarakan di SKB dan atau di masyarakat sebagai binaan SKB.
  2. Program yang dibentuk memenuhi delapan SNP.
  3. SKB memiliki desa binaan khusus.
  4. SKB melaksanakan pembinaan ke satuan pendidikan lain.
  5. SKB melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
  6. Semua dokumen kerja teradministrasi dengan baik.
  7. Data dan informasi program tersajikan dengan bagus dan lengkap.
  8. Hubungan dengan pemangku kepentingan berjalan dengan baik.
  9. Memperoleh dukungan dari berbagai pihak.


Pembinaan SKB dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
  1. Teknis edukatif dibina oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan;
  2. Teknis administrasi SKB dibina oleh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota wilayah;
  3. Teknis operasional dibina oleh kepala yang membidangi PAUD dan Dikmas di dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang diterbitkan oleh Ditjen PAUD dan Dikmas;
  4. Untuk pencapaian standar nasional pendidikan, SKB dibina oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) PAUD dan Dikmas Ditjen PAUD dan Dikmas;
  5. Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari, dewan penyantun memberikan bimbingan dalam upaya untuk memperoleh akses dan mutu PAUD dan
  6. SKB wajib melakukan kerja sama dengan satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan di kabupaten/kota wilayah.


Pengawasan SKB dilakukan oleh pihak sebagai berikut.
  1. Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud.
  2. Kepala dinas pendidikan kabupaten/kota dan inspektorat daerah.
  3. Aparat hukum, yaitu kepolisian, kejaksaan, inspektorat, BPK, dan BPKP.
  4. Organisasi masyarakat dan masyarakat.







Recent Post

Labels